D.I Panjaitan mengikuti pendidikan gyugun yang diadakan Jepang setelah menamatkan sekolah menengah atas. Setelah lulus, beliau ditempatkan di Pekanbaru, Riau. Ketika Indonesia sudah meraih kemerdekaan, Panjaitan bersama para pemuda Iainnya bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat. Di TKR, beliau pernah menjabat sebagai komandan batalyon, kemudian menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Selanjutnya, beliau menjadi Kepala Staf Umum IV Komandemen Tentara Sumatera. Ketika Pasukan Belanda melakukan Agresi Militer II, Ia diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Setelah
pengakuan kedaulatan RI, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara
& Teritorium (T&T) 1/Bukit Barisan di Medan. Beliau kemudian dipindahkan
ke Palembang.Tahun 1956, beliau ditugaskan sebagai Atase Militer Rl di Bonn,
Jerman, dan enam tahun kemudian menjabat Asisten IV Menteri/ Panglima Angkatan
Darat. Dengan kewenangan jabatannya tersebut, D.I. Panjaitan berhasil
membongkar pengiriman senjata dari RRC untuk PKI yang disamarkan dalam
peti-peti berisi bahan bangunan untuk membangun gedung Conefo. Beliau pun
menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dan buruh dan
tani sehingga ikut menjadi sasaran penculikan dan dibunuh secara sadis oleh PKI
dalam peristiwa G30S/PKI. Beliau sempat mengadakan perlawanan, tetapi tertembak
anggota pasukan pemberontak. Jenazah beliau disembunyikan di Lubang Buaya.
Setelah ditemukan, jenazah beliau dimakamkan di TMP Kalibata .
- Tempat/Tgl Lahir: Tapanuli, 9 Juni 1925
- Tempat/Tgl Wafat: Jakarta, 1 Oktober 1965
- SK Presiden: Keppres No. 111/KOTI 1965 tgl 5 oktober 1965
- Gelar: Pahlawan Nasional
Nama
D.I. Panjaitan diabadikan menjadi narna jalan protocol di Indonesia sebagal
bentuk perighargaan bangsa dan negara. Di tanah kelahirannya, Balige, juga
didirikan monumen untuk mengenang beliau.
Nama: Leni Cahyani
Kelas: 2EA07
NPM: 14212174
Tidak ada komentar:
Posting Komentar