Aku bangga menjadi rakyat Indonesia. Rakyat dari sebuah
negara yang kaya raya, yang memiliki total penduduk seratus juta lebih, yang
hampir setiap tahunnya dilanda bencana. Bayangkan saja kalau Indonesia tidak
terdapat banyak bencana, maka pusat penelitian bencana akan berpindah ke
negara-negara online pharmacy buy -blog lain. Eitss,. Bukan bermaksud senang
dengan bencana di negara ini. Dari pada bersusah, mending kita mengambil
hikmahnya sambil terus membenah diri. Betul ngga?
Namun, di balik kebanggaanku aku merasa miris dengan sikap
teman-temanku yang mengaku sebagai “RAKYAT” Indonesia juga. Tak jarang makian
terus saja terlontar untuk negeri ini. Sangat beragam. Pantaskah Indonesia
mendapatkan semua itu? Seandainya negaraku berwujud seorang ibu, maka matanya
pasti kering karena tak ada lagi air mata yang bisa keluar. Telah kering air
itu.
Coba kita telaah lebih lanjut. Indonesiakah yang salah? Saya
rasa kalau Anda menjawab “Ya”, maka Anda salah besar! Indonesia hanya sebuah
Negara, bukan manusia. Jadi yang salah adalah kita semua. Ya, kita
semua yang
masih berwujud manusia dan hidup di tanah air Indonesia.
Kenapa?
Kita bisa saja berdalih kalau kita hanyalah rakyat cheap
levitra order kecil yang menjadi korban para penguasa. Siapakah yang memilih
penguasa? Kita juga kan? Kita-rakyat Indonesia.
“Wah, ngga fair itu. Saya ngga tahu menahu dengan semua itu.
Saya hanya korban.” Lantas kenapa ngga mau mencari tahu? Kenapa hanya
ikut-ikutan? Dan mau-maunya dikorbankan? Berapa abad kita sudah dijajah Belanda
ditambah beberapa tahun oleh Jepang? Nah sekarang kan sudah merdeka, kenapa
tetap mau dijajah.
Kita hanya bisa berdalih, menyalahkan orang lain, mengkritik,
tapi tidak mau memberikan solusi.
Korupsi merajalela, kenapa? Karena kita telah menganggapnya
hal yang biasa. Sogok-menyogok juga biasa. Semua dianggap biasa. “Sudahlah,
biar urusannya cepat selesai,” dalih kita.
Nah, kalau hal itu tidak diberantas dan tetap menjadikannya
sebagai hal yang biasa. Maka siapa yang salah?
Kritik boleh-boleh saja. Tapi negeri ini bukanlah miliknya
para penguasa saja. Bukan milik para pejabat. Bukan hanya milik segelintir
orang. Tapi, kita yang mengaku jadi rakyat Indonesialah pemiliknya. Jadi,
jangan hanya mengkritik! Tapi berikanlah solusinya. Jangan hanya mengharap,
tapi terjunlah bersama-sama membangun negeri ini.
Jadi jangan mail diflucan order malu dengan keadaan negeri
kita, tapi merasa malulah pada diri sendiri dan malu kepada Tuhan, serta
malulah berkumpul bersama-sama dengan orang yang tidak mengerti arti hidup,
orang yang tidak bisa menerima hidup ini dengan iklas, malulah berkumpul dengan
orang-orang Indonesia yang tidak dapat jujur pada dirinya sendiri, suka bohong,
menipu, maling (apapun bentuknya, lebih-lebih maling buy vardenafil berdasi),
yang harus Anda malu adalah jika Anda berkumpul bersama dengan para pejabat
negara, dan para selebriti yang senang berfoya-foya, yang memiliki gaya hidup
gengsi yang tinggi.
Mari kita lihat Negara Ethiopia dan negara miskin kerontang
lainya. Atlet mereka tidak malu untuk terus berlari membawa bendera negaranya
merebut emas marathon turun temurun. Mengapa kita musti ngomong malu tapi tidak
bergerak dan hanya menjadi penonton atau komentator yg memalukan sambil
memajang foto diri. Orang malu kan mustinya westernunion locations gak mau
keliatan wajahnya.
Akan tetapi, saya yakin, ditengah bobroknya kondisi bangsa,
masih banyak orang-orang yang sangat mencintai negeri ini. Orang-orang yang
senantiasa saling menjaga dalam kebaikan masih ada, dan akan terus bertambah.
Orang-orang yang yang mau bangkit dan bergerak, serta bisa menjadi solusi.
Mereka tidaklah seperti air yang menggenang, yang hanya diam
saja dan menjadi sarang penyakit. Mereka adalah air yang mengalir, air yang
bermanfaat bagi sekitarnya. Dan tentu saja mereka bukanlah orang-orang yang
berkerumun tidak beraturan.
Saatnya kita Maju dan bersatu!
Nama: Leni Cahyani
Kelas: 2EA07
NPM: 14212174
Tidak ada komentar:
Posting Komentar